Minggu, 16 Juli 2023

Sejarah Sekaten Surakarta

Sekaten Surakarta merupakan sebuah tradisi tahunan yang dilaksanakan di keraton Surakarta Hadiningrat. Tradisi ini diadakan sebagai bentuk penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW, dan dianggap sebagai salah satu acara yang paling penting dalam budaya Jawa. Tidak hanya sebagai acara keagamaan, tetapi juga sebagai ajang untuk memperkenalkan budaya dan seni Jawa kepada masyarakat luas.

Sekaten sendiri berasal dari kata ‘sakitu tahun’, yang berarti tujuh hari atau satu minggu dalam bahasa Jawa. Tradisi ini dimulai pada abad ke-18 oleh Sultan Pakubuwono II sebagai bentuk penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW. Tujuan utama dari Sekaten adalah sebagai ajang perayaan kelahiran Nabi Muhammad SAW, namun acara ini juga dijadikan sebagai sarana untuk memperkenalkan budaya Jawa.

Pada awalnya, Sekaten dilaksanakan di dua tempat yaitu di Keraton Surakarta dan di Alun-alun Utara Surakarta. Namun, sejak tahun 1890, acara Sekaten hanya dilaksanakan di dalam keraton dan dibuka untuk umum pada hari terakhirnya.

Acara Sekaten dimulai pada hari Selasa legi di bulan Maulud (bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW) dan berlangsung selama tujuh hari. Pada hari pertama, para sulinggih atau ahli keagamaan dari keraton Surakarta mengadakan upacara syukuran di Masjid Agung Keraton Surakarta. Pada hari-hari berikutnya, diadakan berbagai pertunjukan seni seperti wayang kulit, gamelan, tari-tarian, dan berbagai macam pertunjukan lainnya.

Pada hari terakhir, acara Sekaten ditutup dengan upacara Grebeg Maulud yang merupakan puncak acara. Upacara ini diadakan pada hari Jumat kliwon di Alun-alun Utara Surakarta. Seluruh masyarakat Surakarta Hadiningrat berkumpul di Alun-alun Utara dan memadati lapangan sambil menunggu kedatangan Sultan dan keluarga keraton. Di dalam keraton, para abdi dalem mempersiapkan berbagai macam makanan dan persembahan untuk diarak keliling kota.

Setelah tiba di Alun-alun Utara, Sultan dan keluarga keraton memimpin prosesi Grebeg Maulud dengan membawa berbagai macam makanan dan persembahan. Prosesi ini diikuti oleh seluruh masyarakat Surakarta Hadiningrat dan dianggap sebagai bentuk syukur kepada Allah SWT atas kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Selain menjadi ajang perayaan keagamaan, Sekaten juga dianggap sebagai bentuk penghormatan kepada budaya dan seni Jawa. Selama acara Sekaten, banyak pertunjukan seni yang dipentaskan seperti wayang kulit, gamelan, dan tari-tarian. Banyak seniman dan budayawan yang terlibat dalam acara ini untuk mempertahankan dan melestarikan seni dan budaya Jawa.

Dalam perkembangannya, Sekaten menjadi acara yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat Surakarta Hadiningrat. Acara ini menjadi simbol